Plengkung Gading, dikenal juga sebagai Plengkung Nirbaya, resmi ditutup pada Sabtu kemarin. Penutupan dilakukan usai Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melakukan uji coba Sistem Satu Arah (SSA) pada awal pekan.
Kebijakan itu menuai respons dari masyarakat. Ada yang mengeluh karena pendapatan jualan menurun drastis, ada juga yang sambat terpaksa memutar jauh.
Berikut fakta-fakta penutupan seperti dirangkum detikJogja:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Penjelasan Pemda DIY
Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, menerangkan keputusan itu berdasarkan hasil rapat evaluasi SSA di Dinas PUPESDM DIY, Jumat (14/3). Dian Lakshmi menuturkan berdasarkan penilaian terhadap situasi Plengkung Nirbaya pascapenerapan SSA yang menunjukkan bahwa perlu adanya upaya konservasi menyeluruh, untuk penyelamatan Plengkung Nirbaya. Dari hasil penilaian ditemukan bahwa kondisi Plengkung Nirbaya ternyata jauh lebih mengkhawatirkan dibanding sebelumnya.
Pembatasan akses di tahap uji coba terhadap Plengkung Nirbaya ternyata tidak cukup efektif untuk memberikan ruang bagi upaya penanganan plengkung yang komprehensif.
"Tidak hanya sebagai upaya mitigasi terhadap penyelamatan Plengkung Nirbaya saja, namun juga mitigasi terhadap keselamatan manusia dan kendaraan yang sangat mungkin terdampak dari kerentanan Plengkung Nirbaya tersebut. Sehingga perlu dilakukan antisipasi terhadap potensi kejadian yang tidak diinginkan", kata Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi dalam keterangannya, Sabtu (15/3/2025).
Penutupan akses yang terkesan mendadak ini dilakukan atas dasar terlihatnya indikasi dampak yang muncul akibat tekanan usia struktur, pembangunan, dan lingkungan. Terlebih setelah dilakukan pemantauan dan penanganan benteng sejak tahun 2015 sampai sekarang, ditemukan bahwa akumulasi dampak yang muncul lebih parah daripada yang diperkirakan.
"Dalam menangani Plengkung Nirbaya ini ternyata masih diperlukan kebijakan penanganan komprehensif untuk memitigasi dampak tekanan-tekanan yang membebani bangunan," jelas Dian.
Penutupan Plengkung Nirbaya secara penuh ini merupakan salah satu bentuk komponen yang mendukung proses penanganan penyelamatan secara total. Guna menyelamatkan Plengkung Nirbaya, perlu adanya ruang dan waktu yang lebih maksimal untuk memetakan dan mendokumentasikan semua kerentanan, serta potensi-potensi kerusakan yang terdampak terhadap manusia dan lingkungan.
"Untuk keperluan memberikan ruang dan waktu yang maksimal untuk pemetaan terhadap kerentanan beserta potensi-potensi kerusakan lainnya maka disarankan untuk segera mungkin mengambil kebijakan penutupan akses masuk dan keluar dari sisi utara maupun selatan dari bangunan ini," papar Dian.
![]() |
2. Pedagang-Tukang Parkir Mengeluh
Penutupan Plengkung Gading menuai respons pelaku usaha. Salah satunya penjaga toko fotokopi, Nur. Dia mengaku adanya penurunan pengguna jasa fotokopi di tempatnya usai Plengkung Gading ditutup.
"Jadi sepi, dampaknya kena langsung banget karena pesenan jadi sepi karena jalannya sepi. Soalnya (pengendara) kalau masuk ke sini juga susah," ungkap Nur saat ditemui detikJogja di lokasi.
Selain Nur, salah seorang penjual gorengan yang tidak ingin namanya disebut mengungkapkan sedih dengan tertutupnya akses Plengkung Nirbaya. Pasalnya, dia baru berjualan di awal Ramadan ini.
"Biasanya orang banyak lalu lalang di sekitar sini, sekarang jauh berkurang. Susah juga terutama buat pedagang di sekitar sini," ungkap penjual gorengan tersebut.
Dia berharap penutupan tersebut tidak permanen. Sehingga, warga yang menggantungkan kehidupan dengan berjualan sepertinya bisa beraktivitas normal.
Selain para pedagang, keluhan juga disuarakan juru parkir bernama Haris. Dia mengakui pendapatannya turun drastis.
"Kalau ini (Plengkung Gading) ditutup seperti ini, ya saya dapat apa. Nggak cuma (penjual) makanan tapi semua pedagang di sekitar sini juga nggak laku karena nggak ada orang lalu lalang," tutur Haris.
"Dua tahun saya di sini, pernah sehari cuma dapat 15 ribu aja tapi sering juga lebih dari itu. Kalau hari ini, 3 ribu aja. Dampaknya anjlok sekali," kata Haris.
3. Warga Harus Jalan Memutar
Selain pelaku usaha, warga sekitar juga mengeluh dengan ditutupnya Plengkung Gading. Salah satunya Pak Otong.
"Saya sering lewat sini, sekarang jadinya susah karena muter jauh. Apalagi saya harus ketemu langganan banyak di Jogokariyan sama Gedong Tengen. Itu semua harus muter jauh," ungkapnya.
Pak Otong juga mengatakan banyak yang mengeluh soal penutupan ini. Apalagi, Plengkung Gading sebelumnya direncanakan menggunakan Sistem Satu Arah (SSA) selama sebulan. Namun, baru seminggu, Plengkung Gading ditutup total.
"Banyak yang ngeluh juga. Kemarin juga sempat satu arah, yang keluar sana masuk sini nggak boleh. Kalau kayak gini harapannya bisa dibuka kembali walau pun satu arah," kata dia.
(apu/apu)
Komentar Terbanyak
Pelaksanaan Makan Bergizi Gratis Sejumlah Sekolah di Jogja Berhenti
Klarifikasi Bibit Terlapor Kasus Mafia Tanah Mbah Tupon Bantul
Jokowi Bakal Laporkan 4 Orang Terkait Tudingan Ijazah Palsu, Siapa Saja?