Perayaan Cap Go Meh tidak lengkap tanpa hidangan khas lontong Cap Go Meh. Makanan yang menjadi simbol akulturasi budaya Tionghoa dan Indonesia ini ternyata menyimpan banyak makna menarik.
Cap Go Meh dirayakan pada hari ke-15 menurut kalender China. Untuk tahun 2025, perayaan Cap Go Meh jatuh pada tanggal 12 Februari 2025.
Tanggal ini dihitung berdasarkan tahun baru Imlek 2025 yang berlangsung pada 29 Januari 2025. Sehingga 15 hari setelahnya akan bertepatan pada 12 Februari 2025.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lontong Cap Go Meh memiliki sejarah panjang yang mencerminkan perpaduan budaya yang harmonis. Lantas, bagaimana sejarah dan apa saja makna dari lontong Cap Go Meh?
Sejarah Lontong Cap Go Meh
Konon, hidangan ini merupakan hasil pencampuran budaya Tionghoa dan Jawa. Hal ini bermula pada saat imigran Tionghoa memasuki tanah Jawa pada abad ke-14. Para imigran yang masuk tidak diperbolehkan membawa perempuan dari negaranya, sehingga banyak pria Tionghoa menikah dengan perempuan Jawa.
Adanya pencampuran ini membuat kuliner asli Jawa ikut meramaikan perayaan hari besar Tionghoa, seperti Imlek dan Cap Go Meh. Lontong Cap Go Meh hadir sebagai pengganti yuanxiao yang merupakan bola-bola terbuat dari tepung beras.
Makna Lontong Cap Go Meh
Hidangan lontong Cap Go Meh memiliki arti yang bermakna. Masyarakat etnis Tionghoa percaya bahwa lontong Cap Go Meh dapat membawa keberuntungan.
Selain lontong, hidangan ini juga berisi telur, daging, ayam, dengan kuah santannya yang berwarna keemasan. Tentunya, isian dari lontong Cap Go Meh juga menyimpan makna masing-masing.
Lontong yang berbentuk panjang melambangkan panjang umur. Sementara, telur dan kuahnya yang berwarna keemasan dianggap sebagai simbol keberuntungan. Warna kuning keemasan dari kuahnya melambangkan emas yang identik dengan kekayaan.
Tak hanya itu, warna merah pada daging yang ada di dalamnya bermakna kesejahteraan. Sedangkan, lauk ayam menyimbolkan kerja keras karena ayam yang dinilai pekerja keras dan gigih dalam mencari makan.
Selain makanannya yang punya makna mendalam, cara penyajian lontong Cap Go Meh juga perlu diperhatikan. Makanan ini biasa disajikan dalam mangkok yang terisi penuh dengan lauk dan kuah melimpah hingga menjulang tinggi.
Cara penyajian ini terinspirasi dari tradisi Jawa maupun Tionghoa. Masyarakat Jawa terbiasa makan dan minum dalam porsi besar sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan. Tak jauh berbeda, masyarakat Tionghoa juga menganggap makan dengan piring penuh menandakan doa dan harapan diberikan rezeki melimpah.
(hil/irb)