Universitas Harvard dikenal sebagai salah satu universitas terbaik dunia. Dengan tingkat keketatan mencapai tiga persen, seperti apa proses seleksi Universitas Harvard?
Kampus di Massachusetts, Amerika Serikat, ini serasa tak pernah absen dari peringkat universitas top dunia. Pada peringkatWebometrics 2025, Harvard keluar sebagai juara mengalahkan Universitas Stanford dan Universitas Oxford.
Dengan pengajar terbaik dan fasilitas yang mumpuni, tak heran jika talenta terbaik dunia ramai-ramai mengincar kursi dari universitas ini. Meski memiliki tingkat keketatan yang tinggi, ada putra dan putri bangsa yang berhasil kuliah di Universitas Harvard.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satunya adalah Muhamad Yani, pemuda asal Cibaliung, Ujung Kulon, Banten. Anak penjual nasi goreng ini berhasil mengamankan kursi di Jurusan Human Development and Education Universitas Harvard.
Kepada detikEdu, Yani membagikan proses seleksi Universitas Harvard. Penasaran? Simak yuk!
Proses Seleksi Universitas Harvard
Setelah memantapkan niat untuk mendaftar, Yani mulai melihat konten dari mahasiswa Indonesia yang berhasil tembus di kampus ini.
"Jadi aku coba cari role model untuk aku tahu kehidupan kuliahannya dulu, cocok nggak dengan hidup aku," jelasnya kepada detikEdu Senin (21/4/2025).
Untuk aplikasinya, Yani langsung mengecek laman resmi Harvard. Menurutnya, semua universitas telah menyediakan informasi mengenai pendaftaran secara lengkap pada laman resminya.
"Tinggal kita ngulik saja informasinya kayak gimana. Mulai dari persyaratan, kehidupan kampus, tuition fee, cara-cara daftarnya, tanggal-tanggalnya itu sudah sangat jelas," ujarnya.
Setelah mengunjungi laman resminya,Yani langsung mengecek persyaratan yang dibutuhkan.
Harus Membuat 4 Jenis Esai
Persyaratan pada tiap jurusan bisa berbeda-beda. Pada jurusan pilihan Yani, ia diwajibkan untuk menulis empat esai.
"Pertama itu tentang esai Human Development. Kemudian alasan aku ngambil School Counseling Licensure Pathway karena aku ngambil Human Development plus School Counselingnya. Dan ada lagi dua esai tentang Additional Information dan lain sebagainya," tuturnya.
Selain itu, Yani juga perlu membuat Personal Statement. Personal Statement sendiri berisi tentang minat dan bagaimana pelamar akan belajar di dunia kampus Harvard.
"Serta mau jadi apa kita, apa yang sudah kita lakukan, background to the future-nya itu benar-benar harus kita tunjukkan. Dan memang Harvard ini memiliki goal untuk learn to change the world, belajar untuk mengubah dunia, yang aku bisa simpulkan, mencari orang-orang yang ingin belajar mengubah dunia, memberikan kebaikan, dampak kepada masyarakat," jelasnya.
Yani juga perlu menyiapkan IELTS. Pada jurusannya, ia harus memenuhi nilai minimal 7,5 per bagian.
"Kemudian kalau IELTS di programku minimal 7,5 per section. Jadi memang diharuskan itu, kalau bisa lebih dari 7,5. Makanya aku kemarin mati-matian banget IELTS-nya," ujarnya.
Wawancara Online
Setelah mengumpulkan berkas, Yani harus melalui tahapan video response atau wawancara online. Menurutnya, wawancara ini seperti tes IETLS.
"Saat itu aku ditanya 'What is the biggest challenge in education?' Dan aku langsung jawab directly tanpa ada clue apa-apa. Aku langsung bilang, aku langsung jawab dengan apa yang aku ingin sampaikan backgroundnya, yayasanku, semuanya," katanya.
Menurut Yani, proses aplikasi Universitas Harvard cukup mudah asal memiliki semua dokumen persyaratan.
"Yang membuat susah itu adalah, kita nggak punya dokumennya. Meskipun cuma satu, itu akan susah banget. Jadi sebelum daftar, aku saranin semuanya dikumpulkan dulu, dokumennya sudah lengkap, kita daftarkan," jelasnya.
Persiapan ini juga perlu dikumpulkan jauh-jauh hari. Yani sendiri membutuhkan waktu dua tahun untuk mengumpulkan semua berkas.
Dengan persiapan yang matang, Yani akhirnya menerima surat penerimaan dari Universitas Harvard pada 7 Maret lalu. Nah detikers, tertarik mendaftar ke Universitas Harvard?
(nir/nwk)