Gunung Marapi mengalami erupsi beruntun dalam tiga hari terakhir. Apa penyebabnya?
Untuk diketahui, hingga Jumat (4/4/2025), Pos Pengamat Gunung (PGA) Marapi yang berbasis di Kota Bukittinggi mencatat, sudah terjadi 5 kali erupsi dan 20 kali hembusan. Letusan disertai semburan abu vulkanik yang mencapai ketinggian hingga 1,5 kiometer dari atas puncak.
Pihak Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebut, erupsi atau letusan secara tidak kontinyu masih berlanjut sampai saat ini sebagai akibat dari dinamika pasokan fluida atau magma dari kedalaman tubuh gunung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Erupsi-erupsi Gunung Marapi terjadi diperkirakan karena buka-tutup ventilasi konduit di bagian dasar Kawah Verbeek. Saat terjadi pengerasan lava karena proses pendinginan maka ventilasi konduit akan menutup dan gas magmatik tidak dapat lepas ke atmosfir sehingga terjadi akumulasi tekanan di bagian dangkal dekat permukaan," kata Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid dalam catatan tertulis yang diterima detikSumut, Jumat (4/4/2025).
"Proses seperti itu berulang. Dan selama dinamika pasokan fluida atau magma dari kedalaman masih berlangsung maka erupsierupsi dapat terjadi kembali," jelasnya.
Ia merinci, Marapi termasuk sering mengalami erupsi. Sejak tahun 1807 erupsi memiliki masa istirahat terpendek kurang dari 1 tahun dan terlama 17 tahun.
"Rata-rata istirahat 3,5 tahun, dan sejak tahun 1987 sampai sekarang erupsi bersifat eksplosif dari Kawah Verbeek. Aktivitas erupsi biasanya disertai suara gemuruh atau dentuman dengan produk erupsi dapat berupa abu, lapili, dan terkadang juga diikuti oleh lontaran material pijar dan bom vulkanik," katanya lagi.
Wafid memastikan potensi terjadinya letusan masih tetap ada yang dapat terjadi sewaktu-waktu sebagai bentuk dari pelepasan energi, dengan potensi bahaya dari lontaran material letusan diperkirakan di dalam wilayah radius 3 kilometer dari pusat Kawah Verbeek.
Berdasarkan hal itu, maka masyarakat diminta tidak memasuki dan tidak melakukan kegiatan di dalam wilayah radius 3 kilometer tersebut. Selain itu, masyarakat yang bermukim di sekitar lembah, bantaran sungai-sungai yang berhulu di puncak Marapi bisa tetap mewaspadai ancaman bahaya lahar atau banjir lahar yang dapat terjadi terutama di saat musim hujan.
"Jika terjadi hujan abu maka masyarakat diimbau untuk menggunakan masker penutup hidung dan mulut untuk menghindari gangguan saluran pernapasan," imbaunya.
Gunung Marapi sendiri saat ini berstatus Waspada Level II. "Berdasarkan analisis dan evaluasi data pemantauan secara menyeluruh. maka tingkat aktivitas Gunung Marapi masih tetap pada Level II atau Waspada," Wafid menambahkan.**
(afb/afb)