Visualisasi jalan salib menjadi salah satu agenda dalam rangkaian misa Jumat Agung di Gereja Katolik Santa Maria Imakulata Tarakan. Pemeran Yesus Kristus dalam teatrikal ini adalah pemuda bernama Ivonsius (26). Dia menceritakan kesan-kesannya memerankan Sang Juruselamat.
Ivonsius mengaku ini kedua kalinya dia memerankan Yesus Kristus dalam visualisasi jalan salib. Demi menghidupkan peran, Ivonsius harus mempersiapkan diri selama dua bulan.
"Saya menawarkan diri karena ingin memperingati sengsara Yesus, yang menebus dosa manusia," katanya kepada detikKalimantan usai teatrikal, Jumat (18/4/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk mendalami peran, ia banyak membaca Alkitab dan menonton kisah Yesus. Pengalaman ini membawa dampak positif bagi kehidupannya.
"Saya mencoba melupakan dosa masa lalu dan ingin lebih rendah hati tanpa dendam," ucapnya.
Menurut Ivonsius, adegan demi adegan yang dilaluinya tidak mudah. Dia diludahi, dipukul, bahkan dicambuk. Pemeran prajurit di sekitarnya juga berseru mempermalukan. Meski terasa berat, Ivonsius mengaku berusaha sabar seperti yang dilakukan Yesus Kristus 2.000 tahun yang lalu ketika benar-benar didera.
"Saya bercermin pada Yesus, yang tetap taat meski disiksa," katanya.
Bagi Ivonsius, kunci agar dapat memerankan Yesus Kristus dengan baik adalah berserah diri. Ia mengaku merasa plong dan bebas setelah memainkan peran tersebut. Sebagaimana ajaran Katolik, pengorbanan Yesus Kristus telah menebus dosa seluruh umat manusia sejak dulu sampai akhir zaman.
"Ini seperti berserah diri," ujarnya.
Meski begitu, Ivonsius mengaku tidak berniat memerankan Yesus Kristus kembali dalam jalan salib tahun-tahun berikutnya.
"Ke depan, saya rasa tidak akan mengambil peran ini lagi," ungkapnya.
Ivonsius berharap teatrikal jalan salib ini dapat menjadi pengingat bagi umat Katolik di Tarakan, khususnya kalangan muda seperti dirinya agak dapat hidup sesuai firman Tuhan.
"Semoga peringatan Jalan Salib menguatkan iman dan menjauhkan mereka dari pergaulan bebas, narkoba, serta pengaruh buruk lainnya," harapnya.
Kegiatan Jalan Salib ini menjadi momen refleksi mendalam bagi umat Katolik di Kota Tarakan, Kalimantan Utara. Pastor Paroki, RP Antonius Andri Atmaka, menjelaskan bahwa visualisasi Jalan Salib menampilkan berbagai karakter manusia, dari yang baik hingga jahat, dengan Yesus Kristus sebagai pusat cerita.
"Yesus tidak banyak berbicara meski disiksa, dihina, dan dimaki. Namun, melalui sikap-Nya, Ia menunjukkan respons terhadap pilihan manusia, apakah menjadi pribadi baik atau sebaliknya," ujar Romo Antonius kepada detikKalimantan, Jumat (18/4/2025).
(des/des)