Ketua Komisi III DPRD Nunukan, Ryan Antoni mengungkapkan keprihatinannya atas kondisi jalan nasional di wilayah Krayan yang terdampak longsor akibat tingginya curah hujan.
Poros jalan nasional Long Binuang-Baliku hingga Long Bawan, yang melewati Long Umbung di Krayan Timur, menjadi satu-satunya jalur konektivitas menuju wilayah tersebut. Namun, longsor dan putusnya dua jembatan di Sungai Semamu dan Sungai Binuang membuat pembangunan di Krayan terancam macet.
Dalam audiensi dengan Kementerian PUPR pada 13 Maret 2025, Ryan menyebut dana pemeliharaan jalan serta pembangunan dua jembatan tersebut telah 'di-log'. Namun, kebijakan efisiensi anggaran pemerintah pusat pada 2025 menyebabkan pembangunan infrastruktur di wilayah perbatasan ini tertunda.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami meminta kebijakan khusus dari pemerintah pusat karena ini satu-satunya akses ke Krayan. Jika tidak segera ditangani, pembangunan di Krayan pasti terhambat," ujar Ryan kepada detikKalimantan, Kamis (4/4/2025).
Ryan menyoroti pentingnya akses tersebut untuk mendukung Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), di mana material pembangunan harus diambil dari dalam negeri. "Kalau aksesnya tidak ada, bagaimana material bisa sampai? Logikanya, sembako saja sulit dibawa kalau jalan longsor," tambahnya.
Koordinasi dengan Instansi Terkait
Ryan menegaskan pihaknya telah berupaya maksimal dengan berkoordinasi bersama Kepala Daerah Nunukan dan Kalimantan Utara, serta instansi terkait seperti Bappenas, Balai Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP), BNPB, dan Kementerian PUPR.
"Kami ke Jakarta untuk audiensi dengan Bappenas, BNPP, BNPB, dan PUPR. Ini bentuk keseriusan kami," katanya.
Poros jalan Malinau-Binuang-Long Bawan yang merupakan domain pemerintah pusat, memiliki panjang 49,8 km. Menurut Ryan, jarak tersebut seharusnya tidak sulit diatasi jika ada keseriusan dari pemerintah.
"Kalau pemerintah pusat dan provinsi koordinasi soal anggaran, ini bisa selesai," tegasnya.
Jembatan Long Semamu Masih Lumpuh
Sementara itu, aktivitas di Jembatan Long Semamu terhenti total. "Kecuali menunggu sungai surut, tidak ada cara lain untuk menyeberang. Kedalaman sungai luar biasa, apalagi saat musim hujan seperti sekarang," ungkap Ryan.
Ia telah meminta bantuan kepada BNPB untuk menyediakan minimal Jembatan Bailey sebagai solusi sementara, namun belum ada kepastian. Soal peluang anggaran, Ryan mengaku belum bisa memprediksi.
"Kami akan kembali ke Kementerian PUPR setelah libur Lebaran untuk mengejar progres," kata Ryan.
Pesan untuk Masyarakat Krayan
Ryan berharap pemerintah pusat serius menangani persoalan ini, mengingat Krayan merupakan beranda NKRI. "Saya bilang ke pemerintah pusat, kalau NKRI punya marwah, benahi dulu berandanya. Kondisi di sini sudah sangat memprihatinkan," ujarnya.
Kepada masyarakat Krayan, ia meminta kesabaran dan semangat nasionalisme tetap terjaga. "Saya tahu ada sarkasme seperti 'Garuda di dada, Malaysia di perut, tapi Krayan tetap teguh dengan NKRI. Itu harga mati. Sabar, kami terus berupaya," terang Ryan.
Kondisi ini menjadi sorotan karena tanpa perbaikan infrastruktur, kehidupan masyarakat di Krayan Tengah, Krayan Selatan, dan Krayan Timur akan semakin sulit. Pemerintah diminta segera bertindak sebelum dampaknya semakin meluas.
(sun/mud)