·ÉËÙÖ±²¥

Suara Petani Saat Harga Cabai di Indramayu & Pangandaran Kian Mahal

Suara Petani Saat Harga Cabai di Indramayu & Pangandaran Kian Mahal

Sudedi Rasmadi, Aldi Nur Fadillah - detikJabar
Senin, 13 Jan 2025 15:30 WIB
Petani Cabai di Indramayu
Petani Cabai di Indramayu (Foto: Sudedi Rasmadi/detikJabar)
Pangandaran -

Harga cabai rawit di pasaran saat ini tengah melonjak naik. Kenaikan harga cabai ini juga turut diungkapkan para petani di Pangandaran dan Indramayu.

Khususnya di Pangandaran, harga cabai naik lantaran banyak petani gagal panen. Kasut (54) salah seorang petani cabai rawit di Desa Parakanmanggu, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran misalnya.

Dia mengaku kenaikan komoditas ini disebabkan banyak petani yang mengalami gagal panen. Persoalan cuaca yang tidak menentu juga menyebabkan cabai terkena jamur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Cuaca tidak menentu kapan hujannya, yang menyebabkan Jamur patek ini membuat cabai rawit hitam busuk sebelum dipanen dan tidak bisa dijual, malah mubah," kata Kasut saat berbincang dengan detikJabar, Senin (13/1/2025).

Ada beberapa jenis cabai rawit yang biasa ditanam Kasut dan petani lainnya. Cabai tersebut di antaranya jenis 'Sigantung' yang berbentuk panjang, 'Ori 212' berbentuk pendek. Lalu jenis 'Kaliber', 'Simadun' dan 'Roket'.

ADVERTISEMENT

"Salah satu jenis cabai yang paling rentan kena jamur patek ini cabai Sigantung," ungkapnya.

Ia mengatakan saat ini hanya bisa panen paling banyak 15 kilogram. Padahal biasanya dari kebunnya paling sedikit ia mampu memanen 80 kilogram hingga 1 kwintal.

Pedagang Cabai di PangandaranPedagang Cabai di Pangandaran Foto: Aldi Nur Fadillah/detikJabar

"Pasokan cabai rawit ke Pangandaran sendiri biasanya dari petani Kediri dan Wonosobo Jawa Tengah," katanya.

Per hari ini, kata dia, harga cabai rawit di Pasar Pananjung Pangandaran sudah mencapai Rp 100 ribu per kilogram, kemudian sempat menyentuh Rp 120 ribu per kilogram.

"Sekarang mahal sudah Rp 100 ribu per kilogramnya," ucap dia.

Sementara itu, salah seorang pedagang di pasar Pananjung Kecamatan Pangandaran, Hernawati, mengatakan saat ini harga cabai rawit hampir tiap hari mengalami fluktuasi atau naik turun.

"Kemarin Rp120 ribu, sekarang turun lagi menjadi Rp100 ribu per kilonya," ucapnya.

Ia juga mengaku bingung menjualnya karena banyak ibu rumah tangga ataupun para pembeli yang ngomel-ngomel.

"Banyak yang kecewa gitu karena mahal," katanya.

Bukan Kabar Gembira

Sementara di Indramayu, melonjaknya harga cabai di pasaran ternyata tidak menjadi kabar gembira bagi sebagian petani. Mereka justru menginginkan adanya keseimbangan harga di tingkat produksi.

Oman misalnya, petani cabai merah di Desa Widasari, Kecamatan Widasari, Kabupaten Indramayu mengaku tidak merasakan kenaikan harga cabai secara penuh. Sebab, hasil panen cabainya hanya dibanderol Rp42 ribu saja per kilogramnya.

Harga tersebut kata Oman, sangat tidak sebanding dengan biaya operasionalnya. Dari membeli pupuk hingga lainnya.

"Sedangkan obatnya, pupuk dan lainnya tuh mahal, seperti obat untuk penyemprotan aja tuh mahal sekarang tuh. Jadi otomatis petani ngeluh sih ngeluh karena itu untuk biaya operasional aja masih kurang," kata Oman.

Sejak musim kemarau kemarin, Oman menanam cabai merah cukup luas. Sehingga, biaya yang ia keluarkan pun cukup besar.

"Modalnya aja yang 50 bata (luas lahan) itu nyampe Rp10 juta lebih lah sampai Rp15 juta lah gitu," ujarnya.

Hasil panen yang didapatkan Oman pun tidak menentu. Saat ini Oman hanya mendapat sekitar 70 kilogram untuk setiap kali panen.

Apalagi memasuki musim hujan, sejumlah penyakit mulai terlihat di antara kebun cabainya. Terlebih, serangan hama tikus sudah dirasakan Oman sejak awal menanam cabai.

"Pengen petani sih kira-kira seimbang gitu harganya sama pasaran tuh," ujarnya.




(dir/dir)

Berita ·ÉËÙÖ±²¥Lainnya
Sepakbola
detikNews
detikFood
detikOto
detikInet
detikTravel
Sepakbola
detikHot

Hide Ads