Lembaga University Consultants of America (UCA) yang didukung oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat (Kedubes AS) menggelar pameran pendidikan yang bertajuk 'The U.S. Education Expo'.
Pameran ini bertujuan untuk mempromosikan pendidikan tinggi di AS kepada pelajar Indonesia. Dikatakan President UCA John James, persentase pelajar Indonesia di AS masih belum sebanyak negara-negara lain.
"Karena orang Indonesia benar-benar kurang terwakili di AS. Jadi kami lebih ingin mengimbangi dari Tiongkok, dari India dengan lebih banyak siswa Indonesia datang ke AS untuk belajar," ujar James, ditemui di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Sabtu (26/4/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
James mengatakan AS merupakan wilayah yang ramah untuk para pelajar, khususnya pelajar Indonesia.
"Ada banyak miskomunikasi di media yang menyebut AS membatalkan visa atau mendeportasi mahasiswa dari kampus. Dan sebenarnya yang terjadi adalah mahasiswa yang dideportasi dan visanya dibatalkan sebenarnya adalah mahasiswa yang telah melanggar hukum atau melanggar kebijakan sekolah kemudian diminta untuk meninggalkan negara itu karena alasan tersebut," kata James.
"Jadi, bukan pemerintah yang sebenarnya yang mendeportasi mahasiswa, melainkan mahasiswa yang bermasalah di kampus dan universitas tempat mereka kuliah, yang melanggar hukum, dan diminta meninggalkan negara ini," sambungnya.
Perwakilan Kedubes AS Minister Counselor for Public Diplomacy Jason Rebholz mengatakan sudah ada 8.500 mahasiswa Indonesia yang sudah menempuh pendidikan di Negeri Paman Sam tersebut. Ia pun mengatakan peluang bersekolah di AS sangat luas dan fleksibel.
"Kami juga memiliki banyak lembaga khusus, sekolah kuliner, sekolah teknik, sekolah seni, dan masih banyak lagi. Jadi, apa pun yang Anda pilih untuk dilakukan di Amerika Serikat, belajar di luar negeri benar-benar merupakan investasi untuk masa depan Anda," kata Rebholz.
Rebholz juga mengapresiasi mahasiswa Indonesia yang berkuliah di AS dan berkontribusi untuk negeri. Menurut Rebholz, banyak dari mereka yang bekerja di kantor pemerintahan atau membuat perusahaan besar sendiri.
"Dengan memilih untuk belajar di luar negeri, Anda akan memperluas pengetahuan, Anda akan mempelajari keterampilan penting, dan Anda benar-benar akan mengubah arah hidup Anda. Bagi saya, belajar di luar negeri adalah pengalaman yang mengubah hidup, dan saya yakin itu juga akan terjadi pada Anda," jelas Rebholz.
Pameran ini menghadirkan 25 universitas dan perguruan tinggi dari seluruh penjuru AS seperti Massachusetts Institute of Technology (MIT), The Ohio State University, hingga Stanford University. Para alumni dari Indonesia pun tidak segan untuk berbagi pengalaman hingga info beasiswa di booth-booth yang tersedia.
Salah satunya Harrison (25) yang merupakan alumni dari Cornell University. Pria yang bekerja sebagai product manager di salah satu agen perjalanan online (OTA) di Jakarta in menyebut event 'The U.S. Education Expo' bisa memberikan insight yang lebih luas mengenai AS.
"Ya, mungkin event-event yang kayak gini tuh, orang bisa tahu pengalaman yang nggak bisa dicari di internet. Karena di sana nggak cuma sekolah doang, kan?," kata Harrison.
"Buat living, kerja, having fun juga. Itu kan satu paket. Jadi through this event, you can find people yang lebih cocok dengan your interest," lanjutnya.
Pameran ini pun dihadiri oleh sekitar 200-an peserta yang kebanyakan merupakan pelajar atau mahasiswa. Salah satunya Nuf'ah Aliyah (17) yang merupakan siswi SMAN 1 Cikarang Timur.
"Jadi kayak wah kita dapat banyak pengalaman baru dari talkshow-talkshow, dari alumni-alumni di sini, keren-keren juga ya. Tentunya di sini bener-bener dapet banyak insight banget, dan seru banget tentunya disini kita juga bener-bener diajak berbicara secara equal gitu loh, gak ada namanya seniority dan sebagainya," kata Nuf'ah.
Nuf'ah datang ke event ini bersama temannya, Zahra. Mereka berdua pun memiliki rencana untuk melanjutkan sekolah di luar negeri khususnya AS.
"Harapannya dari sini, saya dan teman saya ini dapat networking dengan teman-teman lain yang mungkin juga ingin pergi ke US. Dan juga mendapat banyak informasi-informasi terkait universitas di US yang mungkin kalau kita cari di internet itu nggak ada," pungkasnya.
(akd/akd)